BAB I
Pendahuluaan
·
Latar belakang
Dalam melakukan suatu kegiatan pasti
akan memerlukan suatu perencanaan dan organisasi yang dilaksanakan secara
sistematis dan terstruktur agar dapat mencapai tujuan yang di tentukan atau
yang diharapkan. Demikian pula halnya pendidikan, diperlukan adanya program
yang terencana dan dapat mengantarkan proses pembelajaran atau pendidikan
sampai pada tujuan yang diharapkan. Proses,pelaksanaan,sampai penilaiaan dalam
pendidikan lebih dikenal dengan istilah “kurikulum pendidikan”.
Dalam dunia pendidikan, kurikulum
mempunyai peranan yang penting karena merupakan operasionalisasi tujuan yang
hendak dicapai. kurikulum merupakan salah satu komponen pokok dalam pendidikan.
Kurikulum dapat di artikan sebagai sebagai sebuah dokumen perencanaan yang
berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar
yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi
yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaiaan tujuaan, serta
implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Kurikulum sebagai rancangan
pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek
kigiatan pendidikan. Pendidikan tidak mungkin berjalan dengan baik atau
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan jika pendidikan tidak dijalankan
sesuai dengan kurikulum. Kurikulum yang
dibuat tidak dapat mencapai kesempurnaan jika dalam penyusunannya, penyusun
kurikulum tidak memahami secara utuh hakikat kurikulum.
BAB II
Pembahasan
A.
Hakikat kurikulum
·
Defenisi kurikulum
Istilah kurikulum pertamakali
digunakan dalam dunia olah raga pada zaman yunani kuno. Kurikulum berasal dari
kata curir dan curere yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh seorang
pelari, mulai dari garis start hingga garis finish.
Namun sekarang istilah kurikulum juga
digunakan dalam bidang pendidikan. Kurikulum behubungan erat dengan usaha
mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Secara
tradisional kurikulum diartikan sebagai apa yang harus guru lakukan dalam
pembelajaran. Namun Nunan (1988:1) mengatakan bahwa kurikulum sesuatu yang
dilakukan guru, bukan hanya rencana yang seharusnya dilakukan dalam
pembelajaran.
Sementara print dalam sanjaya
(2010:4) memandang sebuah kurikulum sebagai perencanaan pengalaman belajar,
program sebuah lembaga pendidikan yang diwujudkan dalam sebuah dokumen serta
hasil dari implementasi dokumen yang telah disusun. Namun pada dasarnya
kurikulum memiliki beberapa konsep, yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran,
kurikulum sebagai pengalaman belajar dan kurikulum sebagai perencanaan program
pembelajaran.
Proses pembelajaran disekolah
menggunakan konsep kurikulum sebagai mata pelajaran, penguasaan isi
pembelajaran merupakan sasaran akhir dari pendidikannya. Seperti yang
dikemukakan Saylor dkk. (sanjaya:2010:4) kurikulum merupakan sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep yang sampai
saat ini banyak mewarnai teoti-teori dan praktik pendidikan. Kurikulum sebagai
mata pelajaran pada hakikatnya adalah kurikulum yang berisikan bidang studi.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka pandangan kurikulum mulai bergeser. Pandangan kurikulum
sebagai sejumlah mata pelajaran mulai bergeser karena pandangan ini dianggap
masih tradisional. Sekolah tidak hanya dituntut untuk membekali siswa dengan
berbagai macam pengetahuan, tetapi dituntut juga untuk mengembangkan bakat dan
minat siswa. Tuntunan tersebut membuat pandangan kurikulum menjadi bergeser,
kurikulum tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran ahan tetapi dianggap
sebagai pengalaman belajar siswa.
Tokoh-tokoh yang menganggap kurikulum
sebagai pengalaman diantaranya adalah Casswell dan Campbell (sanjaya:2010:6)
menyatakan kurikulum adalah semua pengalaman siswa yang berada dibawah tanggung
jawab guru. Lebih jelas lagi dikemukakan oleh Giles dkk. Bahwa kurikulum adalah
seluruh pengalaman yang ada disekolah. Pengertian kurikulum sebagai pengalaman
belajar mengandung makna bahwa kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan
siswa baik diluar maupun didalam sekolah asal kegiatan tersebut berada dibawah
tanggung jawab guru (sekolah).
Tidak hanya sebagai mata pelajaran
dan pengalaman belajar, kurikulum juga dipandang sebagai rencana atau program
belajar. Seperti yang dikemukakan Hilda taba (1962) dalam sanjaya (2010:7)
mengemukakan kurikulum pada dasarnya sebuah perencanaan atau program pengalaman
siswa yang diarahkan sekolah.
Selanjutnya UU RI 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional Pasal 1 ayat 19 menyatakan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuaan pendidikan tertentu.
Dari berbagai definisi yang telah
dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah merupakan gagasan
pendidikan yang diekspresikan dalam praktik. Dengan kata lain kurikulum adalah
suatu perencanaan yang disusun secara sruktur untuk mendapatkan keluaran yang
diharapkan dari suatu pembelajaran.
·
Peran dan fungsi kurikulum
Kurikulum sebagai suatu rancangan
dalam pendidikan memiliki posisi yang srategis, karena seluruh kegiatan
pendidikan bermuara kepada kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum menempati
peran utama dala upaya mencapai tujuan pendidikan. Menurut Sanjaya (2010:12) terdapat
tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yaitu peranan konservatif,peranan
kreatif,peranan krisis dan evaluatif.ketiga peranan ini sama penting dan harus
dilaksanakan secara seimbang.
a) Peranan konservatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih
relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Dengan
demi kian, peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum, yang
berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar,
dusesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses
sosial. Salah satu tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku
siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup dilingkungan masyarakatnya.
b) Peranan kreatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu
yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung
hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada
pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuaan baru,
kemampuan-kemampuan baru serta cara berfikir baru yang dibutuhkan dalam
kehidupannya.
c) Peranan kritis dan evaluatif
Peranan peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa
nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami
perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa
perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu,
perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu
sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya
mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru
yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai
dan budaya serta pengetahuaan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal
ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam kontrol atau filter
sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan
masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan.
Disamping memiliki peranan, kurikulum juga memiliki fungsi-fungsi
tertentu. Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu
peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuaan pendidikan.
Kurikulum adalah segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah,
termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program
belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis, diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Menurut McNeil (sanjaya:2010:12) isi kurikulum memiliki empat fungsi,
yaitu :
a) Fungsi pendidikan umum
Merupakan fungsi untuk mempersiapkan anak didik agar menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab, menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab. Karena itu kurikulum harus memberikan pengalaman belajar
kepada anak didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam masyarakat,
memahami hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial,
fungsi ini harus ada dan diikuti setiap siswa di semua jenis dan jenjang
pendidikan.
b) Fungsi suplementasi
Kurikulum harus dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai
dengan perbedaan kemampuaan, minat, maupun bakat yang ada pada diri
masing-masing siswa. Setiap siswa berhak menambah wawasan yang lebih baik
sesuai dengan minat dan bakatnya. Siswa yang memiliki kemampuaan diatas
rata-rata harus terlayani sehingga dapat mengembangkan kemampuannya secara
optimal, sebaliknya siswa berkempuaan dibawah rata-rata juga harus terlayani
sesuai dengan kemampuannya.
c) Fungsi ekplorasi
Kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing
anak didik, sehingga diharapkan anak didik dapat belajar sesuai dengan minat
dan bakatnya tanpa ada paksaan. Fungsi ini merupakan pekerjaan yang tidak
mudah, karena terkadang berlawanan dengan kenyataan, bahwa sering ada pemaksaan
dari pihak-pihak tertentu, seperti orang tua, untuk memilih suatu pilihan yang
sebenarnya tidak sesuai dengan minat dan bakat siswa. Para pengembang kurikulum
harus dapat menggali bakat dan minat anak didik yang terkadang tersembunyi.
d) Fungsi keahlian
Kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuaan anak didik dengan
keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat anak didik. Kurikulum harus
dapat memberikan pilihan berbagai bidang keahliaan, seperti perdagangan,
pertanian, industri atau disiplin akademik.
Dengan bidang-bidang pilihan tersebut anak didik diharapkan memiliki
keterampilan sesuai dengan bidangnya. Untuk itu dalam pengembangan kurikulum
perlu melibatkan para ahli atau spesialis untuk menentukan kempuaan ysng harus
dimiliki anak didik yang sesuai dengan bidang keahlianya.
Selain fungsi-fungsi diatas, kurikulum juga berfungsi setiap orang atau
lembaga yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan
menyelenggarakan pendidikan. Untuk itu, fungsi kurikulum dapat ditinjau dalam
berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut.
1. Fungsi kurikulum bagi kepala
sekolah
Bagi kepala sekolah kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur
dan membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik kegiatan intrakurikuler,
ekstrakulikuler, maupun kokurikuler.
2. Fungsi kurikulum bagi guru
Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum
sekaligus sebagai pelaksana kurikulum. Guru juga sebagai faktor kunci dalam keberhasilan
kurikulum. Bagaimanapun baiknya suatu kurikulum disusun, pada akhirnya akan
sangat bergantung pada kemampuaan guru dilapangan. Efektivitas suatu kurikulum
tidak akan tercapai, jika guru tidak dapat memahami dan melaksanakan kurikulum
dengan baik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran.
3. Fungsi kurikulum bagi siswa
Bagi siswa sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar, melalui
kurikulum siswa dapat memahami apa tujuaan yang hendak dicapai, isi atau bahan
pelajaran apa yang harus dikuasai dan pengalaman belajar apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuaan.
Alexander inglis (sanjaya:2010:14) mengemukakan enam fungsi kurikulum
untuk siswa yaitu :
a. Fungsi penyesuaiaan
Lingkungan tempat individu hidup senantiasa berubah dab dinamis, karena
itu setiap individu harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Kurikulum
berfungsi sebagai alat pendidikan menuju individu yang well adjusted, yang
membekali anak didik dengan kemampuaan-kemampuaan sehingga setelah selesai
pendidikan, diharapkan dapat membawa dirinya untuk berprilaku sesuai dengan hak
dan kewajibannya sebagai warga masyarakat, maupun dengan lingkungan yang lain.
b. Fungsi pengintegrasiaan
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Individu
merupakan bagiaan integral dari masyarakat, maha dengan pembentukan
pribadi-pribadi yang terintegrasi, akan meberikan sumbangan dalam rangka
pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
c. Fungsi diferensiasi
Kurikulum perlu memberikan layanan terhadap perbedaan-perbedaanperorangan
dalam msyarakat. Pada dasarnya diferensiasi akan mendorong orang berfikir
kritis dan kreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.
d. Fungsi persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjudkan studi
lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Sekolah
tidak mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik
minat mereka, tetapi melalui kurikulum harus dapat memberikan kemampuan yang
diperlukan anak didik untuk melanjutkan studinya ataupun mencari pekerjaan.
e. Fungsi pemilihan
Antara perbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat. Pengakuan
atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih
apa yang diinginkan atas sesuatu yang menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan
yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu
diprogram secara fleksibel, memberikan kesempatan pada semua anak didik untuk
memperoleh pendidikan sesuai pilihannya berdasarkan minat dan bakatnya.
f.
Fungsi diagnostik
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para
siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat
mengembangkan semua potensi yang dimiliki. Ini dapat dilakukan bila mereka
menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui ekplorasi dan
prognosa. Di sini fungsi kurikulum adalah mendiagnosa dan membimbing anak didik
agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
4. Fungsi kurikulum bagi
pengawas
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman,
patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum juga
dapat digunakan pengawas untuk menetapkan hal-hal apa saja yang memerlukan
penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pengembangan kurikulum dan peningkatan
mutu pendidikan.
5. Fungsi kurikulum bagi orang
tua/masyarakat
Bagi masyarakat, kurikulum dapat memberikan pencerahan dan perluasan
wawasan pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui kurikulum,
masyarakat dapat mengetahui apakah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum sekolah.
Orang tua juga perlu memahami kurikulum dengan baik, sehingga dapat dijadikan
bahan untuk memberikan bantuan, bimbingan, dan fasilitas lainnya agar anak
mencapai hasil belajar yang lebih optimal.
·
Jenis-jenis kurikulum
Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis
kurikulum ada tiga, yaitu :
1) Separate subject curriculum
Artinya segala bahan pelajaran disajikan dalam subject/mata pelajaran
yang terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain. Subject atau mata
pelajaran ialah hasil pengalaman umat manusia sepanjang masa, atau kebudayan
dan pengetahuan yang yang dikumpulkan oleh manusia sejak dahulu, lalu disusun
secara logis dan sistematis, disederhanakan dan disajikan kepada anak didik
sesuai dengan usianya masing-masing.
2) Corelated curriculum
Artinya masing-masing tiap pelajaran itu mempunyai hubungan. Di sini mata
pelajaran itu dihubungkan antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya,
sehingga tidak berdiri sendiri-sendiri seperti pada seperete-subject curriculum
dan ini dibuat sebagai reaksi terhadapnya yang dianggap masih kurang sempurna.
3) Integrated curriculum
Dalam integrated curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata
pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan
sehingga diharapkan akan membentuk anak-anak menjadi pribadi yang
terintegrated.
·
Peran guru dalam pengembangan
kurikulum
Dalam proses pembelajaran guru
merupakan kunci utama yang menggerakkan pembelajaran dan berhubungan langsung
dengan peserta didik yang menjadi objek kurikulu. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa guru berperan penting dalam pengimplementasian kurikulum. Peran
guru dalam pengembangan kurikulum lebih kepada penerapannya di dalam tatanan
kelas. Murray print dalam wina (2010:28) menyebutkan bahwa peran guru dalam
pengembangan kurikulum adalah :
1. Guru sebagai implementers
Guru sebagai implementers artinya guru sebagai pelaksana kurikulum. Guru
merupakan tenaga teknis dimana perannya dalam pengembangan kurikulum hanya
mengimplementasikan kurikulum yang telah disusun secara terpusat. Guru tidak
memiliki kesempatan untuk menentukan isi maupun target kurikulum. Akibatnya,
guru tidak menjadi kreatif dan inovatif dalam merekayasa pembelajaran. Guru
cenderung mengikuti apa yang tertulis dalam kurikulum tanpa melakukan
pembaharuan. Kesentralan kurikulum juga mengakibatkan terjadinya keseragaman
dalam proses pembelajaran yang memnyebabkan apa yang dilakukan guru
diberbagai daerah yang berbeda di
indonesia mengalami kesamaan, padahal karakteristik dan kebutuhan antar daerah
berbeda satu sama lain.
2. Guru sebagai adapter
Peran guru sebagai adapter adalah menyesuaikan kurikulum dengan kondisi
lapangan tempat dia mengajar. Berbeda dengan peranannya sebagai implementer
yang hanya menjalankan kurikulum yang telah direncanakan, guru sebagai adapter
mendapatkan wewenang untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan
karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Contohnya saja kebijakan dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), para perancang kurikulum hanya
menentukan standar isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya,
kapan waktunya dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru.
(wina:2010:29). Dengan demikian guru akan lebih tertantang untuk memvariasikan
kegiatan pembelajaran dan terhindar dari rutinitas yang menjemukan karena
berkesempatan mengembangkan kreatifitas dalam mengajar.
3. Guru sebagai developers
Artinya guru memiliki wewenang untuk mengembangkan kurikulum sendiri.
Guru dapat merancang sebuah kurikulum yang sesuai dengan karakteristik, visi,
dan misi sekolah. Guru memiliki hak untuk menentukan tujuan, isi, strategi, dan
pengukuran dalam perencanaan pembelajaran. Guru sebagai subjek langsung yang
berinteraksi dengan para peserta didik pastinya memiliki gambaran rill tentang
pengalaman belajar yang dibutuhkan peserta didik, sehingga dapat menyusun suatu
kurikulum yang tepat sasaran. Pelaksanaan peran guru sebagai pengembang
kurikulum dapat dilihat dalam pengembangan kurikulum muatan lokal (mulok) yang
merupakan bagian dari struktur KTSP. Pengembangan kurikulum muatan lokal
diserahkan sepenuhnya kepada tiap tiap satuan pendidikan agar dapat
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah.oleh
sebab itu, kurikulum muatan lokal bisa saja berbeda anrata satu sekolah dengan
sekolah yang lain.
4. Guru sebagai researchers
Guru sebagai researchers atau peneliti artinya guru berperan dalam
meneliti kurikulum. Guru bertanggung jawab untuk menguji berbagai komponen
kurikulum, misalnya menguji bahan bahan kurikulum, menguji efektifitas program,
menguji strategi dan model pembelajaran, dan lain sebagainya termasuk
mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa dalam mencapai target kurikulum.
(sanjaya:2010:30). Metode yang disarankan untuk penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas (PTK) yang didasarkan pada masalah yang dihadapi guru
dalam proses pembelajaran atau proses penerapan kurikulum. Dengan melaksakan
PTK, guru tidak hanya mengasah kemampuannya dalam meneliti tetapi juga terpacu
untuk selalu berupaya mencari pemecahan atas masalah yang dihadapinya ketika
mengajar. Dalam hal ini guru tidak hanya melakukan perannya sebagai peneliti
kurikulum tetapi sekaligus meningkatkan kinerja profesionalnya. Guru akan
menjadi kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan
efisien bagi peserta didik.
B.
Hakikat silabus
Hakikat silabus dan jenis-jenis silabus secara umum dapat diartikan bahwa
silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Menurut Mc kay (brown:1995:7) silabus menyediakan hal-hal yang akan
dipelajari nantinya, mencakup isi dan kegiatannya. Mc kay mengemukakan tiga
tipe silabus dalam pengajaran bahasa, yaitu: structural, situational dan
national syllabus. Silabus sebagai pernyataan mengenai rencana bagi setiap
bagian kurikulum.
Silabus ini akan sangat bermanfaat sebagai pedoman bagi pengajar karena
berisi petunjuk secara keseluruhan mengenai tujuan dan ruang lingkup materi
yang harus dipelajari oleh peserta didik. Selain itu juga menerangkan tentang
kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan dalam
proses pembelajaran kepada peserta didik. Dengan berpedoman pada silabus
diharapkan pengajar akan dapat mengajar lebih baik, tanpa khawatir akan keluar
dari tujuan, ruang lingkup materi,strategi belajar mengajar, atau keluar dari
sistem evaluasi yang seharusnya.
·
Komponen silabus
Menurut para ahli pembuat kurikulum,
terdapat banyak macam komponen silabus yang tersusun dalam suatu matrik
silabus. Hal inilah yang harus dicermati dan dipilih oleh suatu institusi dalam
mengelompokkan komponen-komponen tersebut. Adapun komponen silabus yaitu :
1.
Standar kompetensi (SK)
Standar kompetensi adalah seperangkat
kompetensi yang dibakukan sebagai hasil belajar materi pokok tertentu dalam
satuan pendidikan, merupakan kompetensi bidang pengembangan dan materi pokok
persatuan pendidikan persatuan kelas yang harus dicapai peserta didik.
2.
Kompetensi dasar (KD)
Kompetensi dasar adalah rincian
kompetensi dalam setiap aspek materi pokok yang harus dilatihkan kepada peserta
didik sehingga kompetensi dapat diukur dan diamati. Kompetensi dasar sebaiknya
selalu dilakukan perbaikan dan pengayaan guna memenuhu keinginan pasar.
3.
Indikator
Indikator merupakan wujud dari KD
yang lebih spesifik, yang merupakan cerminan dari kemampuan peserta didik dalam
suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar yang telah dilalui. Bila serangkaian
indikator dalam suatu kompetensi dasar sudah dapat dicapai peserta didik,
berarti target KD tersebut sudah terpenuhi.
4.
Pengalaman belajar
Pengalaman belajar merupakan kegiatan
fisik maupun mental yang dilakukan oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan
bahan ajar. Pengalaman belajar dikembangkan untuk mencapai KD melalui strategi
pembelajaran. Dengan melakukan pengalaman belajar yang tepat peserta didik
dapat mencapai dan mempunyai kempuan.
5.
Materi pokok
Bagian struktur keilmuan suatu bahan
kajian yang dapat berupa pengertian, konsep, gugus isi atau konteks, proses,
bidang ajar, dan keterampilan.
6.
Waktu
Merupakan lama waktu dalam menit yang
dibutuhkan peserta didik mampu menguasai KD yang telah ditetapkan.
7.
Sumber pustaka
Sumber pustaka adalah kumpulan dari
referensi yang dirujuk atau yang diajurkan, sebagai sumber informasi yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
8.
Penilaian
Penilaian ini bararti serangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan informasi dan kemudian
menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.
Dengan adanya berbagai rumusan
komponen silabus lembaga pengembangan pendidikan berupaya dan berusaha untuk
dapat menyusun matrik silabus dengan komponen-komponen silabus yang tersusun
dalam suatu format seperti terlampir dalam panduan ini.
BAB III
Penutup
·
Kesimpulan
Kurikulum merupakan sebuah dokumen
yang berisi tentang perencanaan pembelajaran yang disusun sebagai pedoman guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kurikulum terdiri dari komponen-komponen
yang saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Komponen yang membentuk
sistem kurikulum akan melahirkan sistem pengajaran, dan sistem pengajaran
itulah yang akan menjadi pedoman guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar
di dalam kelas.
Kurikulum sebagai dokumen tidak
berarti bila tidak diimplementasikan. Implementasi kurikulum terjadi pada
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru memegang peran penting
dalam mengimplementasikan kurikulum. Dengan kata lain, guru adalah salah satu
kunci utama keberhasilan penerapan kurikulum. Dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan
siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Mengkaji
kurikulum juga harus disertai dengan teori dan praktek yang dibuat paraahli
pendidikan dalam proses yang sedemikian majunya disesuaikan agar sesuai dengan
kebutuhan dalam pengajaran guna untuk kita para pembelajar agar terciptanya
suatu keberhasilan proses belajar mengajar.
Silabus juga dalam pendidikan
sekarang ini sangatlah penting karena dianggap secara menyeluruh untuk
dilaksanakan apalagi disekolah-sekolah. Silabus merupakan proses pengembangan
dari kurikulum yang telah dan sedang belangsung secara terus menerus demi kemajuan
pendidikan dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh : Elriani, Heni yusnidar sinaga,
rabithah sari siregar (PB NONREG ’12)
Brown, james dean. 1995. The elements
of language curriculum.
Boston USA: An International Thomson
Publishing Company.
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan
pembelajaran. Jakarta : Bumu Aksara.
Nation, I.S.P and Macalister, J.2010.
Languace Curiculum Design. New York: Routlegde.
Richards, Jack C.2005. Curriculum
Develelopment in Language Teaching. New York: Cambridge University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar